Selasa, 01 Februari 2011

Doa di Tengah Tatapan Mata Mereka



Oleh : Diasz Kundi ( alumni blok H )

Diterjang tatapan mata para hamba-Mu ini,
jantungku terasa pecah dan berantakan.
Wajah-wajah yang berdarah-darah,
tubuh-tubuh yang berpeluh-peluh,
berlumuran abu dan ketegangan.
Luka-luka yang menganga-nganga,
Mulut-mulut yang meronta-ronta,
Meratapi ganasnya celaka, oh petaka.

Suara adzan petang itu di lereng Merapi,
menjadi panggilan paling mematikan.
Gelombang debu neraka yang beterbangan
Menelan ternak dan ketentraman.
Mereka menjadi saksi adzab-Mu,
Menjadi saksi murka-Mu.

Murka-Mu, murka bumi kami.
Murka-Mu, murka langit kami.
Murka-Mu, murka samudera kami.
Murka-Mu, murka angin kami.
Dan kini murka-Mu menyulut murka gunung berapi kami.
Tanah basah tempat kami memungut rezeki.
Murka-Mu, murka semesta. Murka!! Murka!!

Diterjang tatapan mata para hamba-Mu ini,
jantungku jadi pecah dan berantakan.
Dimana anak mereka? Dimana keluarga?
Orang tua renta dan bocah-bocah tak berdosa
yang kami temukan terpanggang di pelataran
bukanlah para koruptor yang merampok kesejahteraan hamba-hamba-Mu
bukan para cukong yang menjejali perut mereka dengan kayu jarahan
bukan pula bajingan pajak yang mencuri kemakmuran dengan tipudaya

mereka hamba-hamba-Mu yang berkelahi dengan kemiskinan sehari-hari
yang mengais harapan dengan jari-jarinya yang suci
mereka hamba-hamba-Mu yang terbiasa mengganjal perutnya dengan batu
karena memang takut akan murka-Mu apabila menipu.

Murka-Mu membabi buta.
Murka-Mu melupakan rasa cinta.
Murka-Mu menjadi murka kami. Murka!! Murka!!

Diterjang tatapan mata para hamba-Mu ini,
jantungku pun pecah dan berantakan.
Doa-doaku terdengar seperti kecipak ikan koi
yang tersesat di comberan yang becek.

Wajah-wajah yang berdarah-darah,
tubuh-tubuh yang berpeluh-peluh,
berlumuran abu dan ketegangan.
Luka-luka yang menganga-nganga,
Mulut-mulut yang meronta-ronta,
Murka-Mu yang turun di tengah murka Merapi
tentu bukan karena dosa mereka.



Yogyakarta, akhir November 2010.

PENGAJARAN SAINS di LABORATORIUM

PENDAHULUAN
Belajar sains khususnya fisika yang berhubungan dengan gejala alam termasuk materi dan energi tidak hanya sekadar mengingat dan memahami konsep yang ditemukan oleh ilmuwan. Akan tetapi, yang lebih penting adalah pembiasaan perilaku ilmuwan dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaandan penelitian ilmiah. Tuntutan kompetensi dalam kurikulum meliputi tiga aspek penting yang harus dimiliki siswa sebagai hasil belajar yaitu pemahaman konsep, keterampilan, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mencakup ketiga aspek tersebut. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat menumbuhkan sikap ilmiah, untuk mengembangkan keterampilam-keterampilan mendasar sehingga konsep yang dipelajari mudah dipahami.
Oleh karena itu pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses perlu dilaksanakan yang melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan percobaan laboratorium. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses memungkinkan siswa dapat menumbuhkan sikap ilmiah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang mendasar, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. Dengan demikian hasil belajar yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai tuntutan kompetensidalam kurikulum yang dikembangkan saat ini akan tercapai.

BAB I
PEMBAHASAN
PENGAJARAN SAINS di LABORATORIUM
  1. Pengertian Praktik Laboratorium
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium Biokimia, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa.
Salah satu keunikan yang terdapat dalam pelajaran sains dibanding pelajaran lain di sekolah adalah praktik laboratorium. Lalu apa yang dimaksud dengan praktek laboratorium? Secara sederhana ini adalah kegiatan praktek dan eksperimen yang melibatkan guru dan murid serta bahan pembelajaran seperti prosedur percobaan dan pemakaian alat dan bahan, yang biasanya dilakukan di laboratorium sains.
  1. Pengajaran Sains dan Praktek Laboratorium
Seperti sudah diuraikan dalam ruang lingkup sains, tujuan pengajaran sains di sekolah bisa sangat beragam, yaitu: sains sebagai produk, sains sebagai proses, sains-teknologi dan masyarakat ataupun sains untuk pengembangan sikap dan nilai, dan pendekatan ketrampilan personal dan sosial. Secara keseluruhan berbagai kemungkinan tujuan pengajaran sains ini bisa diwujudkan melalui pengajaran sains di laboratorium.
Sains sebagai produk atau sains buku teks adalah pengajaran tubuh pengetahuan sains yang terdapat dalam buku pelajaran sains. Berbagai topik bahasan sains di sekolah biasanya diajarkan dengan beragam konsep dan keterkaitannya, serta hubungan antara berbagai konsep tadi dengan hukum-hukum alam, penjelasan teoritis, beragam diagram, contoh perhitungan, eksperimen dll.
Di Indonesia selama ini apa yang harus diajarkan dan susunan materi pelajarannya sudah ditentukan secara nasional oleh pusat kurikulum di kantor Depdiknas di Jakarta. Pada saat pembuatan isi kurikulum terdapat suatu konsensus diantara perancangnya tentang detail bagian mana yang menjadi topik sains yang harus diajarkan dan pada tingkatan mana hal itu diajarkan. Sehingga pengarang buku teks dan guru sains di negara kita tinggal mengikuti apa yang sudah ditetapkan tersebut.
  1. Tujuan Pengajaran Sains di Laboratorium
Eksperimen dan praktik laboratorium merupakan bagian dari metoda pengajan sains ini. Bekerja di labratorium sains adalah suatu hal yang melibat benda nyata dan juga mengamati perubahan yang dapat diamati. Ketika sains bergerak melampaui dunia pengalaman menuju gereralisasi yang lebih abstrak yang memungkinkan penjelasan dan peramalan, pengalaman secara dekat adalah titik awal untuk generalisasi ilmiah dan pembuatan teori. Sehingga praktik laboratorium dan eksperimen merupakan bagian yang esensial dalam pengajaran sains sebagai produk ini.
Pengajaran sains melalui metoda praktek lab dapat berperan sebagai;
ü  Untuk memberikan realitas yang lebih nyata dan tiga dimenasi daripada sekedar penjelasan tertulis,
ü  Persamaan matematik atau diagram seperti yang ada di buku teks,
ü  Untuk memberikan bayangan realitas yang memang butuh penjelasan, untuk melatih penggunaan alat-alat laboratorium dan teknik penggunaannya,
ü  Untuk menguji atau mengkonfirmasi perkiraan-perkiraan teori-teori ilmiah.
Oleh karena itu pengajaran sains buku teks memerlukan berbagai pendekatan yang beragam dan cocok dalam pemakaian metoda praktek laboratorium.
Suatu hal yang sangat jelas terlihat adalah potensi praktek laboratorium yang bisa dimanfaatkan untuk melatih dan mengembangkan keahlian siswa dalam memacahkan masalah secara ilmiah. Ketika tujuan ini ditetapkan hal yang perlu dilakukan guru untuk memaksimalkannya adalah memberikan kesempatan waktu pada siswa yang lebih banyak supaya mereka bisa berpikir, berdiskusi, membuat perencanaannya sendiri dan untuk berefleksi atas hasil yang didapat.
Dalam hal pengajaran sains-teknologi dan masyarakat, terdapat dua komponen yang terintegrasi: sains itu sendiri dan cara sains tersebut berinteraksi baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat. Hal yang dapat diharapkan dari guru sains adalah sebanyak mungkin menarik perhatian siswa dengan melibatkan apa yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan siswa berada. Cara yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan percobaan yang ada di lingkungan sekitar dibanding alat dan bahan yang hanya ada di laboratorium.
Melibatkan murid dalam praktek laboratorium juga bisa digunakan untuk pengembangan sikap dan nilai siswa terhadap sains. Tabel di bawah ini merangkum praktrek laboratium pada pengajaran sains dibagi dalam tiga ranah: kognitif, psikomotor dan afektif.
Berbagai Tujuan Praktik Laboratoium
Ranah
Tujuan
Kognitif
meningkatkan perkembangan intelektual, memperkuat pembelajaran konsep-konsep ilmiah, mengembangkan keahlian pemecahan masalah, mengembangkan cara berpikir kreatif, meningkatkan pemahaman sains dan metoda ilmiah
Psikomotor
mengembangkan keahlian melakukan investigasi ilmiah mengembangkan keahlian menganalisis data investigasi mengembangkan keahlian berkomunikasi mengembangkan keahlian bekerja sama 
Afektif
memperkuat sikap positif terhadap sains meningkatkan persepsi yang positif terhadap kemampuan siswa untuk memahami dan untuk mempengaruhi lingkungannya

  1. Keterbatasan Pengajaran Sains di Laboratorium
Disamping berbagai potensi yang bisa digunakan, berbagai hasil riset juga mencatat keterbatasan dari praktek laboratorium yang selama ini dilakukan di sekolah. Sebagai contoh, ketika pengajaran sains yang dilakukan dengan metoda praktek laboratorium dibandingkan dengan metoda lainnya seperti sistem klasikal (ceramah) atau demonstrasi (oleh guru ataupun siswa) ternyata tidak menunjukkan peningkatan prestasi siswa kecuali dalam hal keterampilan siswa dalam penggunaan alat-alat laboratorium. Guru yang pernah melakukan praktek laboratorium juga mengalami, bahwa praktek laboratorium membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk persiapan alat dan bahan, kesulitan dalam mengatur dan mengawasi siswa dalam berpraktek, prosedur percobaan yang sulit dipahami siswa dan kemungkinan siswa membuat kesalahan di setiap saat, dan hasil yang diinginkan dan pemahaman yang diharapkan dari siswa pun biasanya jauh dari yang direncanakan dari kegiatan praktek ini.
Pada umumnya kegiatan praktek laboratium diarahkan pada upaya supaya siswa dituntut untuk menguji, memverifikasi atau membuktikan hukum atau prinsip ilmiah yang sudah dijelaskan oleh guru atau buku teks. Ada juga percobaan yang dirancang oleh guru adalah para siswa disuruh melakukan percobaan dengan prosedur yang sudah terstruktur yang membawa siswa pada prinsip atau hukum yang tidak diketahui sebelumnya dari data empiris yang mereka kumpulkan hasil dari percobaan tersebut. Namun terdapat berbagai kelemahan dasar dari cara seperti ini, secara logis prinsip ilmiah dan hukum alam tidak dapat dibuktikan secara langsung; prinsip ilmiah dan hukum alam juga tidak dapat diuji hanya dengan jumlah percobaan yang terbatas yang dilakukan oleh siswa. Keterbatasan alat yang digunakan, keterampilan yang dipunyai, waktu yang singkat dan kompleksitas generalisasi, merupakan keterbatasan percobaan siswa yang menunjukkan hal yang hebat kalau siswa bisa menghasilkan prinsip teoritis yang penting dari sekumpulan data mentah hasil percobaan.
Van den berg and Giddings (1992) misalnya mencatat bahwa terdapat lima kelemahan yang terdapat praktik laboratorium dalam pengajaran sains di sekolah, yaitu:
a)      Kurangnya pembedaan antara prioritas dan sasaran kegiatan.
b)      Kelemahan dalam pilihan eksperimen yang biasanya dilakukan, sepertri percobaan untuk menguji prinsip ilmiah.
c)      Ketidaksesuaian antara tujuan praktek laboratium dengan prosedur percobaan yang tertulis.
d)     Ketidaksesuaian antara tujuan praktek laboratorium dengan strategi pengajaran.
e)      Ketidaksesuaian antara tujuan praktek laboratorium dengan penilaian yang dilakukan.
Para pengembang kurikulum terlanjur percaya dengan pepatah Cina kuno yang mengatakan ”Saya dengar dan saya lupa, saya lihat dan saya ingat, saya coba dan saya bisa”. Namun kenyataan yang ada tidak seperti itu, malah yang suka terjadi “Saya coba dan saya makin bingung”. Hal ini terjadi karena yang lebih menonjol adalah paradigma sains sebagai produk yang diterapkan dalam kegiatan pengajaran laboratorium.
Jenis-jenis Kegiatan Praktik Laboratorium Dawson (1994) menyebutkan paling tidak ada delapan hasil yang diharapkan yang dapat diperoleh dari kegiatan praktik laboratorium, yaitu:
1)      Memotiviasi siswa
2)      Meningkatkan pemahaman tentang konsep dan teori sains
3)      Mengembangkan keterampilan dalam penggunaan alat-alat lab
4)      Memperbaiki ketarampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah secara ilmiah
5)      Mengembangkan sikap positif terhadap sain
6)      Meningkatkan keterampilan personal dan sosial
7)      Melengakapi referensi yang kongkrit dari kerja buku teks
8)      Memberikan kesempatan siswa untuk berlatih metoda ilmiah
Dengan memperhatikan berbagai keterbatasan pengajaran sains dengan metoda laboratorium dan hasil yang diinginkan van den Berg dan Giddings (1992) menyarankan jenis kegiatan yang efektif dilakukan adalah: mengembangkan keterampilan dan teknik (pelatihan), memberikan pengalaman yang nyata (pengalaman) dan memberikan pelatihan pemecahan masalah (investigasi).
A.        Pelatihan
Fokus dari kegiatan pelatihan adalah mengembangkan keterampilan praktek dan teknik siswa. Kebutuhan akan kegiatan ini adalah untuk mengenalkan siswa dan melibatkan mereka lebih dekat lagi dengan alat, bahan dan prosedur kerja di laboratorium. Jenis-jenis kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah pengamatan (observasi), pengukuran, pendugaan (estimasi) dan manipulasi. Diharapkan melalui jenis kegiatan ini siswa mempunyai pengetahuan dan keterampilan penting sebelum melakukan kegiatan lainnya di laboratorium.
Tabel di bawah menampilkan contoh-contoh percobaan laboratorium untuk jenis kegiatan pelatihan ini. Berbagai praktik laboratorium ini membutuhkan keahlian siswa yang sifatnya sederhana sampai ke yang relatif sulit. Hal lainnya yang juga perlu dikuasi oleh siswa adalah mencatat dan mengumpulkan data secara akurat, yang tampaknya sepele namun sifatnya sangat penting dalam setiap praktek laboratorium yang dilakukan oleh siswa di sekolah.
Berbagai Contoh Praktek Laboratorium Pelatihan
Fokus keterampilan
Contoh-contoh percobaan
Pengamatan/Observasi
melakukan observasi dan menjelaskan pembakaran lilin pengaruh panas terhadap berbagai bahan kimia melalui pengamatan secara langsung, lensa ataupun mikroskop struktur kertas, serat, sel bawang
Pengukuran
Pengukuran yang melibatkan dimensi panjang, luas, isi dan berat
Pendugaan/estimasi
estimasi berbagai dimensi dan pengukuran ukuran ruang dan volume banyaknya daun dalam satu pohon
Manipulasi
menggunakan timbangan, membuat larutan, memakai mikroskop, memindahkan dan menuangkan cairan dll.
Berbagai hasil riset mengungkapkan bahwa pengajaran berbagai keterampilan ini sangat berguna. Biasanya guru dan instruktur lab tidak menyadari prasyarat keterampilan yang seharusnya dikuasai, namum belum juga dikuasai siswa secara bagus. Mereka biasanya menganggap bahwa kemampuan dasar rata-rata siswa sudah cukup bagus untuk melakukan praktik laboratorium. Kenyataannya, keterampilan psikomotor yang dibutuhkan dalam praktik laboratorium sepenting kemampuan kognitif.
Hasil riset tentang metoda pelatihan ini mengambarkan keterampilan laboratorium yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, yaitu:
1.      latihan yang terencana selalu dihubungkan dengan kinerja laboratorium yang juga bagus
2.      Kemahiran penguasaan keterampilan laboratorium melibatkan cara-cara teknis dan manipulasi peralatan, seorang pelajar membutuhkan untuk tahu apa yang harus dilakukan dan keterampilan yang berulang. Hal ini membutuhkan latihan dalam waktu yang lama, sehingga kompetensi berkembang selama pelatihan ini. Saat keterampilan ini dikuasai dengan baik, maka biasanya akan terus dikuasi.
3.      Pembelajaran keterampilan motorik dengan pengamatan atau demonstrasi memerlukan penekanan pada hal yang beragam baik dalam kondisi latihan maupun mekanisme umpan baliknya.
4.      Empat fase yang sangat penting dalam menguasai keterampilan psikomotor: persepsi, motivasi, imitasi dan latihan
5.      Mengajarkan keterampilan psikomotor yang kompleks memerlukan tiga tahapan yang berbeda: pengenalan, pelatihan dan penyempurnaan
Berbagai penulis setuju bahwa aktivitas pelatihan dapat secara efisien dikuasai dalam waku yang tidak terlalu lama sebelum praktek laboratorium yang sesungguhnya dimulai. Hal yang bagus bila pelajaran dalam menggunakan fasilitas laboratorium ini diberikan secara khusus dan dibedakan dari kegiatan praktikum lain. Pada beberapa keterampilan yang sederhana diperlukan beberapa menit saja untuk dikuasai. Namun waktu yang lebih lama dibutuhkan bahkan satu perioda waktu praktik laboratorium seperti untuk penguasaan dalam menggunakan mikroskop. Adalah hal yang penting untuk mengimbangi waktu yang dibutuhkan keterampilan dasar dan waktu yang dibutuhkan untuk memahami konsep sains. Yang biasa terjadi adalah mempelajari keteraml;ilan laboratoruum yang baru ternyata mengalihkan perhatian siswa dari komponen pengetahuan ilmiah yang harsunya dipahami. Sehingga guru perlu untuk merencanakan latihan percobaan lab yang membentuk keterampoilan siswa dan juga menyenangkan pada saat yang sama. Penguasaan keterampilan mensyaratkan kinerja yang lebih tinggi yang juga diperoleh dari bimbingan terstruktur dan metoda pengajaran yang tepat. Sehingga, penguasaan keterampilan tertentu membutuhkan prosedur yang hati-hati yang tidak hanya sanat terstruktur namun juga menyenangkan yang membuat siswa makin percaya diri.
B.          Pengalaman
Yang dimaksud dengan pengalaman adalah kegiatan laboratorium yang sifatnya memberikan interaksi langsung yang nyata pada siswa melalui panca inderanya. Karena pelajaran sains salah satunya bertujuan untuk memberi arti tentang dunia fisik dimana kita hidup, maka sudah sewajarnya siswa dapat merasakan dan mengalami petualangan belajar sains melalui kegiatan eksperimentasi. Kegiatan eksperimentasi pengalaman bermaksud mengajarkan konsep sains dengan kegiatan praktek/percobaan secara terintegrasi dan juga bisa mengarah pada ilustrasi dimana guru dan siswa sudah sedikit tahu tentang konsep sains dan kesimpulan yang kemungkinan ditujunya
Alasan utama dari kategori percobaan ini adalah untuk memahami konsep teoritis dibelakang fenomena sains tertentu, serta memberikan bentuk nyata terhadap model atau teori yang telah disampaikan. Lebih jauh lagi Dawson (1994) berpendapat bahwa terdapat banyak keuntungan dalam hal ini daripada sekedar merasakan sendiri, yaitu:
1.      Sumber imajinasi yang akan membantu siswa melihat sains dalam bentuk tiga dimensi, dan menggunakan ini untuk menghubungkan dengan sains yang dua dimensi yang terdapat di buku dan catatannya.
2.      Memperkuat keterampilan yang dibutuhkan dalam kerja laboratorium secara tepat dan aman
3.      Memingkatkan motiovasi dan saya tarik
4.      Pengembangkan keterampilan komunikasi melalui prosedur pelaporan dalam bentuk lisan ataupun tertulis
5.      Melakukan latihan untuk menampilkan hasil dalam bentuk lain seperti grafik dan perhitungan.
Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa siswa di masa usianya mempunyai pengalaman yang panjang dalam hal pengamatan fenomena sains di luar laboratorium sekolah dan tentunya pengalaman tersebut bisa menjadi bahan belajar yang bisa digunakan untuk bahan dikusi latar nelakang konsepnya.
C.         Investigasi
Setelah siswa menguasai berbagai keterampilan kerja di laboratorium dan memahami serta mengenali beragam konsep sains yang penting, maka mereka dapat melakukan aktivitas laboratorium yang lebih tinggi tingkatannya, kegiatan ini dinamakan investigasi. Kegiatan investigasi paling tidak terdapay dua jenis, pertama jawaban akhir tidak diberikan tetapi terdapat bimbingan mengenai bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah dan ada harapan hasil seperti apa yang diinginkan; kedua adalah investigasi yang bersifat terbuka, aktivitas ini tidak harus selalu mendapat jawaban bahkan mungkin tidak terdapat penyelesaian yang memuaskan sehingga siswa bertanggungjawab penuh terhadap seluruh proses dari upaya penyelesaian masalah, koleksi data, membuat kesimpulan dan kemungkinan penyelesaian.
Kegiatan investigasi kemungkinan dibuat dalam struktur yang tertentu sepertri pada pengenalan dan pengalaman, tetapi pada tahapan tertentu siswa didorong untuk membuat keputusan sendiri atas percobaannya. Sehingga hal yang penting disini adalah pembuatan keputusan tidak hanya sekedar ketarampilan memecahkan masalahnya saja.
Terdapat paling tidak empat alasan utama kenapa investigasi penting dilakukan pada siswa dalam hal pendekatan pengajaran sains di laboratorium:
1.      siswa berprilaku seperti ilmuwan; mereka bekerja aktif menghasilkan pengetahuannya sendiri tidak hanya sekedar penerima pasif saja.
2.      Kegiatan laboratorium menjadi pusat dari kegiatan belajar sains dan didalamnya siswa menentukan keputusannya sendiri tidak sekedar apa yang diperintahkan ke mereka.
3.      Keputusan dibuat terhadap masalah yang dihadapi
4.      Pengetahuan ilmiah yang bersifat sementara akan diperoleh siswa.
Investigasi dapat dikatakan sebagai aktivitas yang menantang bagi siswa dan membuat mereka bekerja seperti ilmuwan disbanding aktivitas laboratorium lainnya. Keberadaan keterampilan yang khas yang dimiliki ilmuwan akan dengan sendirinya didapat oleh siswa seperti bagaimana percobaan dilakukan, analisis data sampai pada pembuatan kesimpulan.
Beberapa keterampilan seperti pengamatan, mengukur dan manipulasi sudah dilakukan dalam tahapan percobaan sebelumnya, namun perancangan dan perencanaan percobaan adalah sesuatu yang baru bagi mereka.
Dalam tahapan investigasi, siswa didorong untuk mempraktekkan semua keterampilan yang mereka kuasi disamping hal baru seperti perancangan percobaan. Ini menunjukkan bahwa siswa diarahkan untuk lebih kreatif, bisa bekerja sama dan memotivasi diri. Dalam investigasi guru lebih sedikit memberikan instruksi di depan kelas/kaboratorium, namun lebih banyak untuk bergerak melakukan pemeriksaan, membimbing dan mendukung kegiatan siswa. Diharapkan siswa lebih memahami kerja ilmuwan dan sadar bahwa kegiatan sains tidak selalu linear namun interaktif dan terus berkembang.
  1. Pengelolaan Laboratorium dan Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium
1.      Pengelolaan Laboratorium
Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber dayasecara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya.Henri Fayol (1996: 86) menyatakan bahwa pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni perencanaan, pengorganisasian, pemberian komando, pengkoordinasian, dan pengendalian. Sementara Luther M. Gullick (1993:31) menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting adalah perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pemberian bimbingan,pengkoordinasian, pelaporan, dan penganggaran. Dalam pengelolaan laboratorium meliputi beberapa aspek yaitu sebagai berikut.
1. Perencanaan
2. Penataan
3. Pengadministrasian
4. Pengamanan, perawatan, dan pengawasan
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna,fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi,bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawabbersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orangyang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untukmengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengaturdan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalutetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjagakeselamatan kerja mencakupusaha untuk selalu mencegah kemungkinanterjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penangannyabila terjadi kecelakaan.Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman danketerampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas dan tanggungjawabnya, dan mengikuti peraturan. Pengelola laboratorium di sekolah umumnya sebagai berikut.
1. Kepala Sekolah
2. Wakil Kepala Sekolah
3. Koordinator Laboratorium
4. Penanggung jawab Laboratorium
5. Laboran

2.      Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain (G.Terry). Untuk mencapai tujuan tersebut, dia membagi kegiatan atau fungsi manajemen menjadi :
1)      Planning (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium.
Dalam perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi :
  1. Apa yang dikerjakan
  2. Bagaimana mengerjakannya
  3. Mengapa mengerjakan
  4. Siapa yang mengerjakan
  5. Kapan harus dikerjakan
  6. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-metoda yang dipakai makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi dalam laboratorium makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di laboratorium harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja laboratorium.
2)      Organizing (Organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau
nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja.
Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk Komisi Keamanan Kerja Laboratorium yang tugas dan wewenangnya dapat berupa :
1.      menyusun garis besar pedoman keamanan kerja laboratorium
2.      memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana-an keamanan kerja laboratorium
3.      memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium
4.      memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin laboratorium
5.      mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu laboratorium
Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-Patklin) ataupun organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait dengan kegiatan laboratorium dapat diangkat menjadi anggota komisi di tingkat daerah (wilayah) maupun tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi atau seminat tersebut dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi sebagai lembaga penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Laboratorium.
3)      Actuating (Pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktivitas bawahan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas bawahan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat.Untuk itu setiap individu yang bekerja dalam laboratorium wajib mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam laboratorium, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untukmelaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.
4)      Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
  1. adanya rencana
  2. adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di laboratorium. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam laboratorium perlu dibentuk pengawasan labora-torium yang tugasnya antara lain :
a.       memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek laboratorium yang baik, benar dan aman
b.      memastikan semua petugas laboratorium memahami cara-cara menghindari risiko bahaya dalam laboratorium
c.       melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan.
d.      mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja laboratorium
e.        melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah meluasnya bahaya tersebut


BAB II
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain:
1.      Dengan pengajaran sains melalui laboratorium siswa tidak hanya paham dengan kosep saja tetapi terampil dalam mengaplikasikan di masyarakat.
2.      Pengajaran sains melalui metoda praktek lab dapat berperan sebagai:
o   Untuk memberikan realitas yang lebih nyata dan tiga dimenasi daripada sekedar penjelasan tertulis, persamaan matematik atau diagram seperti yang ada di buku teks.
o   Untuk memberikan bayangan realitas yang memang butuh penjelasan.
o   Untuk melatih penggunaan alat-alat laboratorium dan teknik penggunaannya.
o   Untuk menguji atau mengkonfirmasi perkiraan-perkiraan teori-teori ilmiah. Oleh karena itu pengajaran sains buku teks memerlukan berbagai pendekatan yang beragam dan cocok dalam pemakaian metoda praktek laboratorium, hal ini akan dijelaskan lebih lengkap kemudian.
3.      Disamping berbagai potensi yang ada pada praktik di laboratorium ternyata terdapat juga keterbatasan dari praktek laboratorium yang selama ini dilakukan di sekolah. Kerena praktik membutuhkan waktu yang lama dalam menyiapkan bahan dan alat. Dan  prinsip ilmiah dan hukum alam tidak dapat dibuktikan secara langsung; prinsip ilmiah dan hukum alam juga tidak dapat diuji hanya dengan jumlah percobaan yang terbatas yang dilakukan oleh siswa.
4.         Proses manajemen keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium seperti proses manajemen umumnya adalah penerapan berbagai fungsi manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan. Fungsi perencanaan meliputi perkiraan peramalan, dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan sasaran yang akan dicapai,menganalisa data, fakta dan informasi, merumuskan masalah serta menyusun program. Fungsi berikutnya adalah fungsi pelaksanaan yang mencakup pengorganisasian penempatan staf, pendanaan serta implemen-tasi program. Fungsi terakhir ialah fungsi pengawasan yang meliputi penataan dan evaluasi hasil kegiatan serta pengendalian. Walaupun secara teoritis perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dipisah-pisahkan, tetapi sebenarnya ketiga hal tersebut merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan saling terkait.


DAFTAR PUSTAKA
Dalima DAW. Keselamatan Kerja di Laboratorium dan Lingkungan, Penataran Analis RS Pertamina, Jakarta, 1-14 Maret 1991.
Soemanto Imamkhasani. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, 1990.
Juli Soemarsono. Pengamanan Kerja dalam Laboratorium Klinik, Musyawarah Nasional I, Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia, Jakarta, April 1997.
Syukri Sahab MS. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penerbit PT. Sumber Daya Manusia, Jakarta 1997.
Pelatihan Pengajaran Sains di Laboratorium – Netsains.Com.htm
Pengajaran Sains di Laboratorium (pengalaman dan investigasi) « Blog Pengajaran Sains.htm
metode-dan-strategi-pembelajaran.html
Laboratorium.htm
tujuan-pengajaran-sains-di-laboratorium.html

PENGUATAN VISI, MISI, DAN TUJUAN DALAM MANAJEMEN SEKOLAH YANG UNGGULPENGUATAN VISI, MISI, DAN TUJUAN DALAM MANAJEMEN SEKOLAH YANG UNGGUL


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Dalam membentuk sekolah yang unggul, diperlukan manajemen strategik yang unggul pula. Manajemen strategik adalah suatu cara untuk mengendalikan organisasi, dalam hal ini sekolah secara efektif dan efesien, sampai kepada implikasi garis terdepan, sedemikian rupa sehingga tujuan dan sasarannya tercapai. Sasaran manajemen strategik adalah meningkatkan: (1) Kualitas sekolah; (2) Efisiensi penganggaran; (3) Penggunaan sumberdaya; (4) Kualitas evaluasi program dan pementauan kinerja; serta (5) Kualitas pelaporan. Menurut David dalam Akdon ( 2007 : 79 ), aspek penting dalam manajemen strategik adalah perumusan strategi (Strategy Formulation), implementasi strategi (Strategy Implementation), dan evaluasi strategi (Strategy Evaluation).
Prinsip dalam manajemen strategik adalah adanya perumusan strategi yang mencerminkan keinginan dan tujuan sekolah yang sesungguhnya, adanya implikasi strategi yang menggambarkan cara mencapai tujuan (secara teknis strategi implementasi mencerminkan kemampuan sekolah dan alokasinya termasuk dalam hal ini adalah alokasi keuangan), serta strategi evaluasi yang mampu mengukur, mengevaluasi, dan memberikan umpan balik kinerja sekolah.
Perumusan strategi sangat penting untuk dilaksanakan karena adanya keterbatasan yang dihadapi oleh suatu sekolah, misalnya keterbatasan dana dan kemampuan jika dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang diinginkan sehingga perlu disusun strategi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah sesuai dengan kemampuan sekolah. Kegiatan utama dalam perumusan strategi adalah pembuatan tujuan yang rasional. Rasionalitas ini dalam perkembangannya semakin komplek karena pesatnya perkembangan lingkungan dimana sekolah itu berada. Perkembangan lingkungan ini menuntut organisasi untuk selalu melakukan perubahan kearah perbaikan untuk mempertahankan eksistensinya. Kemampuan internal sekolah dan tuntutan perubahan eksternal merupakan dua komponen utama yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan strategik. Perumusan strategis yang realitas dan up-to-date adalah dua tuntutan yang harus dijawab dalam pembuatannya.
Realitas dalam arti  bahwa perencanaan tersebut menunjukkan dengan jelas kemampuan dan tujuan yang akan dicapai  dan bagaimana sekolah ingin mencapai tujuan tersebut. Up-to-date dalam arti meskipun strategi ini dibuat dalam jangka waktu tertentu (panjang, menengah, dan pendek), namun selalu efektif dan tepat dengan perkembangan lingkungan (antisipasi terhadap perubahan lingkungan) sehingga mampu memaksimalkan keunggulan kompetetif dan meminimalkan keterbatasan. Dan salah satu cara untuk mewujudkan keberhasilan tersebut adalah dengan adanya penguatan visi, misi, dan tujuan dalam manajemen sekolah tersebut.

  1. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa permasalahan akan akan dibahas pada makalah ini, yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan visi dan bagaimana perumusannya!
2.      Apa yang dimaksud dengan misi dan bagaimana perumusanya!
3.      Apa yang dimaksud dengan  tujuan!
4.      Bagaimanakah manajemen strategik dalam sekolah yang unggul?

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Visi
Langkah awal dalam perumusan strategi adalah penetapan visi. Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu . Visi harus dapat memberi kepekaan yang kuat tentang area fokus bisnis. Hal ini lebih lanjut diungkapkan oleh Hax dan Majluf dalam Akdon (2007 : 95), bahwa visi adalah pernyataan yang merupakan sarana untuk:
1.      Mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan dan tugas pokok.
2.      Memperlihatkan framework hubungan antara organisasi dengan stakeholders (sumber daya manusia organisasi, konsumen/citizen, pihak lain yang terkait).
3.      Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti pertumbuhan dan perkembangan.
Pernyataan visi perlu diekspresikan dengan baik agar mampu menjadi tema yang mempersatukan semua unit dalam sekolah, menjadi media komunikasi dan motivasi semua pihak, serta sebagai sumber kreativitas dan inovasi sekolah.
Kriteria-kriteria pembuatan visi meliputi:
1.      Visi bukanlah fakta, tetapi gambaran pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan.
2.      Visi dapat memberikan arahan mendorong anggota organisasi untuk menunjukkan kinerja yang baik.
3.      Dapat menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan.
4.      Gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan yang menarik.
5.      Sifatnya tidak statis dan tidak untuk selamanya.
Suatu visi akan menjadi realistik, dapat dipercaya, menyakinkan, serta mengandung daya tarik, maka dalam proses pembuatannya perlu melibatkan semua stakeholders. Selain keterlibatan semua pihak, visi perlu secara intensif dikomunikasikan kesemua anggota sekolah sehingga mereka merasa sebagai pemilik visi tersebut. Selain itu visi dibuat dalam kalimat yang singkat agar mudah diingat dan dijadikan komitmen.

Contoh Visi: 
MENJADIKAN SMA DARUNNAJAH WONOSOBO SEBAGAI SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN TAHUN 2011

Indikator:
1.      Unggul dalam disiplin      
2.      Unggul dalam keagamaan/berakhlak mulia
3.      Unggul dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
4.      Unggul dalam perolehan Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US) (output)
5.      Unggul dalam memenangkan persaingan UMPT (Outcome)
6.      Unggul dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja
7.      Unggul dalam lomba Olimpiade Sains
8.      Unggul dalam Lomba Kreatifitas Siswa
9.      Unggul dalam Penguasaan Bahasa Inggris
10.  Unggul dalam Penguasaan Teknologi Informasi

2.      Misi
Visi yang telah kita peroleh harus kita terjemahkan kedalam guidelines yang lebih pragmatis dan kongkrit yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan strategi dan aktivitas dalam sekolah. Untuk hal itu dibutuhkan misi. Pernyataan dalam misi lebih tajam dan lebih detail jika dibandingkan dengan visi. Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai oleh organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa yang akan datang. Pernyataan misi mencerminkan tentang segala sesuatu penjelasan yang akan ditawarkan yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk pencapaian misi.
Pernyataan misi memperlihatkan tugas utama yang harus dilakukan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah. Dalam pernyataan misi terkandung definisi yang jelas tentang pekerjaan atau tugas pokok yang diemban suatu sekolah dan yang diinginkan dalam kurun waktu tertentu. Pernyataan misi menunjukkan dengan jelas arti penting eksistensi sekolah, karena misi mewakili alasan dasar untuk berdirinya sekolah. Banyak sekolah gagal karena pernyataan misi yang dirumuskan hanya memperhatikan kepentingan dirinya sendiri dan mengabaikan kepentingan masyarakat pelanggan maupun stakeholder. Oleh karena itu, misi harus jelas menyatakan kepedulian organisasi terhadap kepentingan pelanggan.
Pernyataan misi harus:
1.      Menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh organisasi dan bidang kegiatan utama dari organisasi yang bersangkutan.
2.      Secara eksplisit mengandung apa yang harus dilakukan untuk mencapainya.
3.      Mengandung partisipasi masyarakat luas terhadap perkembangan bidang utama yang digeluti organisasi tersebut.
Pernyataan misi yang jelas akan memberi arahan jangka panjang sehingga memberikan stabilitas manajemen sekolah. Misi berubah apabila kehendak sekolah berubah atau karena adanya validasi langkah/komponen manajemen strategik yang lain. Pernyataan misi mencerminkan tentang segala sesuatu untuk mencapai visi.
Kriteria pembuatan misi meliputi:
1.      Penjelasan tentang layanan yang ditawarkan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
2.      Harus jelas memiliki sasaran publik yang akan dilayani.
3.      Kualitas pelayanan yang ditawarkan memiliki daya saing yang meyakinkan masyarakat.
4.      Penjelasan aspirasi layanan yang diinginkan pada masa datang juga manfaat dan keuntungan bagi masyarakat dengan pelayanan yang tersedia.

Contoh Misi:
1.       Menerapkan disiplin tinggi dalam segala kegiatan
2.       Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa
3.       Menerapkan pelaksanaan evaluasi atau penilaian hasil belajar secara konsisten dan berkesinambungan
4.       Mengoptimalkan pembinaan dalam pembuatan karya tulis ilmiah
5.       Mengoptimalkan pembinaan secara insentif guna menghadapi persaingan dalam era globalisasi
6.       Menerapkan penggunaan bahasa Inggris dalam komunikasi antar warga sekolah
7.       Mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi
8.       Memanfaatkan lingkungan hidup sebagai media pembelajaran

3.      Tujuan
Dalam kerangka pikir manajemen strategik, tujuan harus merupakan target-target yang bersifat kuantitatif dari suatu sekolah. Pencapaian tujuan merupakan ukuran dari keberhasilan kinerja faktor-faktor kunci keberhasilan suatu sekolah. Oleh karena itu tujuan merupakan bagian integral dalam sistem strategi managemen yang didalamnya mengandung usaha untuk melaksanakan suatu tindakan. Untuk itu tujuan harus menegaskan tentang apa (what) yang secara khusus harus dicapai dan kapan (when). Pencapain tujuan dapat menjadi tolak ukur untuk menilai kinerja sekolah. Tujuan organisasi (sekolah) pada dasarnya untuk jangka panjang yang harus diselesaikan selama waktu itu dan akan mengarahkan kinerja harian sekolah.
Kriteria Tujuan:
1.       Tujuan harus serasi dan mengklarifikasikan visi dan misi.
2.       Pencapaian tujuan akan dapat memenuhi atau berkontribusi memenuhi misi, program dan sub program sekolah.
3.       Tujuan akan menjangkau hasil-hasil penilaian lingkungan internal/eksternal dan yang diprioritaskan serta mungkin dikembangkan dalam merespon isu-isu strategik.
4.       Tujuan cenderung tidak berubah kecuali terjadi penggeseran lingkungan atau dalam hal isu strategik hasil yang diinginkan telah tercapai.
5.       Tujuan biasanya secara relatif berjangka panjang, yaitu sekurang-kurangnya tiga tahun atau lebih.
6.       Tujuan harus mengatasi kesenjangan antara tingkat pelayanan saat ini dengan yang diinginkan.
7.       Tujuan mengambarkan hasil program.
8.       Tujuan menggambarkan arah yang jelas dari organisasi, program dan sub program, tetapi belum menetapkan ukuran-ukuran spesifik atau strategi.
9.       Tujuan harus menantang.

4.      Penguatan Visi, Misi, dan Tujuan dalam Manajemen Sekolah yang Unggul
Sekolah unggul yaitu sekolah yang didasarkan atas keyakinan bahwa
siswa, apa pun etnis, status ekonomi, dan jenis kelaminnya, akan mampu
belajar sesuai dengan tuntutan kurikulum. Pendekatan yang ditempuh adalah perencanaan secara kolaboratif antara guru, administrator, orang tua, dan masyarakat. Data prestasi siswa dijadikan basis untuk perbaikan sistem secara berkelanjutan. Jadi dengan kata lain sekolah unggulan
adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa mencapai kemampuannya secara terukur dan mampu ditunjukkan prestasinya tersebut. Sekolah yang unggul memiliki sejumlah korelat atau ciri sebagai berikut.
Pertama, visi dan misi sekolah yang jelas. Mayoritas sekolah kita belum
mampu dan memang tidak diberdayakan untuk mampu mengartikulasikan visi
dan misinya. Untuk mengimplementasikan visi dan misi sekolah ada sejumlah langkah yang harus ditempuh, yaitu: (1) pahami kultur sekolah, (2) hargai profesi guru, (3) nyatakan apa yang kita hargai, (4) perbanyak unsur yang kita hargai, (5) lakukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait, (6) buat menu kegiatan bukan mandat, (7) gunakan birokrasi untuk memudahkan bukan untuk mempersulit, dan (8) buatlah jejaring (networking) seluas mungkin.
Kedua, komitmen tinggi untuk unggul. Staf administrasi, guru, dan kepala
sekolah memiliki tekad yang mendidih untuk menjadikan sekolahnya sebagai
sekolah unggul dalam segala aspek, sehingga semua siswa dapat menguasai
materi pokok dalam kurikulum. Semuanya memiliki potensi untuk
berkontribusi dalam proses pendidikan. Komitmen ini adalah energi untuk
mengubah budaya konvensional (biasa-biasa saja) menjadi budaya unggul.
Ketiga, kepemimpinan yang mumpuni. Kepala sekolah adalah “pemimpin dari pemimpin” bukan “pemimpin dari pengikut.” Artinya selain kepala sekolah adalah pemimpin dalam lingkup kewenangannya sehingga tercipta proses pengambilan keputusan bersama (shared decision making). Komunikasi terus-menerus dilkukan antara kepala sekolah dan para guru untuk memahami budaya dan etos sekolah yang yang diimpikan lewat visi sekolah itu. Bila tidak dikomunikasikan terus-menerus, visi itu akan mati sendiri.
Keempat, kesempatan untuk belajar dan pengaturan waktu yang jelas. Semua guru mengetahui apa yang mesti diajarkan. Alokasi waktu yang memadai dan penjadwalan yang tepat sangat berpengaruh bagi kualitas pengajaran. Dalam hal ini perlu dijaga keseimbangan antara tuntutan kurikulum dengan ketersediaan waktu. Mengajar yang berkualitas memiliki ciri sebagai berikut: (1) organisasi pembelajaran yang efisien, (2) tujuan yang jelas, (3) pelajaran yang terstruktur, dan (4) praktik mengajar yang adaptif dan fleksibel.
Kelima, lingkungan yang aman dan teratur. Sekolah unggul bersuasana
tertib, bertujuan, serius, dan terbebas dari ancaman fisik atau psikis,
tidak opresif tetapi kondusif untuk belajar dan mengajar. Siswa diajari
agar berperilaku aman dan tertib melalui belajar bersama (cooperative
learning), menghargai kebinekaan manusiawi, serta apresiasi terhadap
nilai-nilai demokratis. Banyak penelitian menunjukkan bahwa suasana
sekolah yang sehat berpengaruh positif terhadap produktivitas, semangat
kerja, dan kepuasan guru dan siswa.
Keenam, hubungan yang baik antara rumah dan sekolah. Para orang tua
memahami misi dan visi sekolah. Mereka diberi kesempatan untuk berperan
dalam program demi tercapainya visi dan misi tersebut. Dengan demikian,
sekolah tidak hanya mendidik siswa, tetapi juga orang tua sebagai anggota
keluarga sekolah yang dihargai dan dilibatkan.
Ketujuh, monitoring kemajuan siswa secara berkala. Kemajuan siswa
dimonitor terus- menerus dan hasil monitoring itu dipergunakan untuk
memperbaiki perilaku dan performansi siswa dan untuk memperbaiki kurikulum
secara keseluruhan. Penggunaan teknologi, khususnya komputer memudahkan
dokumentasi hasil monitoring secara terus- menerus.
Model sekolah unggul seperti digambarkan di atas akan berwujud bila
sekolah tidak eksklusif bak menara gading, tetapi tumbuh sebagai bagian
dari masyarakat sehingga memiliki kepekaan terhadap nurani masyarakat (sense of community). Dalam masyarakat setiap individu berhubungan dengan individu lain, dan masing-masing memiliki potensi dan kualitas yang dapat disumbangkan pada sekolah. Dan juga dengan adanya penguatan visi, misi, dan tujuan dalam manajemen sekolah tersebut agar terwujud sekolah yang unggul.

BAB III
KESIMPULAN

Langkah awal dalam perumusan strategi (Strategy Formulation) adalah penetapan visi. Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Kriteria-kriteria pembuatan visi meliputi:
1.       Visi bukanlah fakta, tetapi gambaran pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan.
2.       Visi dapat memberikan arahan mendorong anggota organisasi untuk menunjukkan kinerja yang baik.
3.       Dapat menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan.
4.       Gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan yang menarik.
5.       Sifatnya tidak statis dan tidak untuk selamanya.
Visi yang telah kita peroleh harus kita terjemahkan kedalam guidelines yang lebih pragmatis dan kongkrit yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan strategi dan aktivitas dalam organisasi (sekolah). Untuk hal itu dibutuhkan misi. Pernyataan dalam misi lebih tajam dan lebih detail jika dibandingkan dengan visi. Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai oleh organisasi sekolah bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa yang akan datang. Kriteria pembuatan misi meliputi:
1.       Penjelasan tentang layanan yang ditawarkan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
2.       Harus jelas memiliki sasaran publik yang akan dilayani.
3.       Kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan memiliki daya saing yang meyakinkan masyarakat.
4.       Penjelasan aspirasi layanan yang diinginkan pada masa datang juga manfaat dan keuntungan bagi masyarakat dengan produk dan pelayanan yang tersedia.
Tujuan merupakan bagian integral dalam sistem strategi manajemen yang didalamnya mengandung usaha untuk melaksanakan suatu tindakan. Untuk itu tujuan harus menegaskan tentang apa (what) yang secara khusus harus dicapai dan kapan (when). Pencapaian tujuan dapat menjadi tolak ukur untuk menilai kinerja organisasi sekolah.
Dalam membentuk sekolah yang unggul, diperlukan manajemen strategik yang unggul pula. Ada beberapa faktor yang harus dicapai bila suatu sekolah dapat dikategorikan sebagai sekolah yang unggul, yaitu:
Pertama, visi dan misi sekolah yang jelas.
 Kedua, komitmen tinggi untuk unggul.
Ketiga, kepemimpinan yang mumpuni.
Keempat, kesempatan untuk belajar dan pengaturan waktu yang jelas.
Kelima, lingkungan yang aman dan teratur.
Keenam, hubungan yang baik antara rumah dan sekolah.
Ketujuh, monitoring kemajuan siswa secara berkala.
Model sekolah unggul seperti digambarkan di atas akan berwujud bila
sekolah tidak eksklusif bak menara gading, tetapi tumbuh sebagai bagian
dari masyarakat sehingga memiliki kepekaan terhadap nurani masyarakat (sense of community). Dan juga dengan adanya penguatan visi, misi, dan tujuan dalam manajemen sekolah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa.2009. "Manajemen Berbasis Sekolah". Remaja Rosda Karya:Bandung
Characteristics of Effective Schools; CT Council of P&C Associations (http://www.schoolparents.canberra.net.au/effective_schools).
http://Manajemen Sekolah _ sekolah unggulan.htm
http://Pengertian Visi dan Misi « MAHASISWA PASCASARJANA SUMBAWA DI YOGYAKARTA.htm
http://PERUMUSAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN PROGRAM SEKOLAH _ hennyhariany _ Komunitas Blogger Unsri.htm
http://nurkolis3.html